Kekeristenan Saya dan Masalahnya






“Going to church doesn’t make you a Christian any more than going to a garage makes you an automobile.” 
 Billy Sunday, Billy Sunday, the Man and His Message: With His Own Words Which Have Won Thousands for Christ

Dalam kehidupan rohani saya, saya menemukan bahwa saya lebih mahir dalam berteori, berdialog, bertukar pikiran daripada melakukan Firman Tuhan. Saya menemukan bahwa dalam apa yang saya lakukan, saya seringkali menggunakan Firman Tuhan yang saya mengerti untuk membenarkan pendapat saya secara tidak sengaja maupun sengaja dan saya menjadi hidup diluar realita. Perubahan yang dikejar tidaklah bersifat utuh. Hal ini membuat saya mengukur perjalanan rohani saya bukan dari buah karakter yang saya lihat dalam diri saya, tetapi, dalam buah pemikiran yang saya punya. Maka, dalam perjalanan ini, saya menemukan tidak ada suatu yang signifikan dari perjalanan rohani saya, saya tidak menemukan perubahan secara karakter yang konsisten, pola pikir yang matang, ketegasan dalam beriman kepada diri sendiri. Hal ini membuat saya frustrasi. Dimana saya seakan akan banyak mengerti dan paham mengenai apa yang saya percayai, tetapi hidup saya tidak berubah. Saya menemukan saya berkotbah, menasehati, memotivasi orang lain, dan mengajak orang lain mengenal Yesus lebih menjadi sebuah pelarian untuk saya dapat melihat hidup saya signifikan. Satu sisi saya masih berbohong, masih tidak hormat kepada orang tua, saya masih melakukan perbuatan yang cemar dan yang lainnya.
            Ini tentunya sangat tidak menyenangkan, dan tidak benar buat jiwa saya sendiri. Saya merasa berada di dalam kehidupan saya dengan tidak memiliki kuasa atasnya. Saya menjadi hancur dalam berbagai kesempatan jika saya melihat diri saya dan apa yang saya lakukan. Saya mulai bahkan berfikir kalau kekeristenan bukanlah jawaban dari kebutuhan hati saya. Berulangkali saya memohon bahkan meneteskan airmata di Altar untuk perubahan hidup saya tapi dalam waktu yang singkat saya juga yang menghancurkan hidup saya sendiri. Ratusan bahkan ribuan komitmen saya buat dengan hati yang hancur akan diri sendiri, saya hancurkan juga. Menjadi suatu tragedi yang menyedihkan, waktu dimana saya tidak bisa melihat perubahan hidup saya, sama halnya waktu melihat perubahan yang tidak konsisten. Saya melihat diri saya dalam beberapa waktu rajin untuk menjalin hubungan dengan Sang Bapa, dan beberapa waktu saya gagal lalu saya mencari - cari kotbah, pengertian, pengajaran yang bisa dan mendongkrak saya dalam perjalanan Rohani saya. Siklus ini terus berlangsung dan saya banyak dikuatkan dan di tegarkan oleh hal – hal tersebut. Saya di berikan doktrin dan pengajaran bahwa saya luar biasa, saya lebih dari pemenang, saya kudus, saya umat pilihan Allah dan ini memacu saya untuk terus melakukan segala hal yang saya anggap sebagai “pekerjaan Allah” bagi dunia ini lewat saya. Hal ini tentu menjadikan jarak antara harapan yang saya sampaikan dan hasil dalam diri saya sendiri semakin jauh. Oleh karena itu, hal ini membuat saya mempertanyakan diri saya sendiri dan segala hal yang saya pikir benar.


“Unsatisfied wishes are the driving power behind fantasies because every separate fantasy simply contains fulfillment of a wish, and unproves an unsatisfactory reality."
-Sigmund Freud

           
Siapa saya?
            Apakah arti dari hidup saya?
            Apakah tujuan dari kehidupan saya?

Dari tiga pertanyaan ini, saya menemukan  bahwa saya hanya dapat menjawabnya dari Firman Tuhan, bukan dari perbuatan saya. Saya mulai melihat diri saya lebih dekat. Saya menemukan keletihan, saya menemukan ketamakan, saya menemukan kehausan akan pengakuan, saya menemukan ketidak jantanan, saya menemukan sebuah monster yang sangat besar, kuat dan saya sendiri tidak mengerti bagaimana menanganinya. Monster itu akan keluar setiap saya disakiti, dia mengerti dengan sangat jelas bagaimana menyakiti seseorang dan puas akan itu. Melihat lebih jauh, saya sadar monster ini menjadi besar dan kuat karena saya sering mengacuhkan dia. Monster ini adalah diri saya sendiri. Diri saya yang kehilangan arah, diri saya yang tersesat, diri saya yang hanya berfantasi dalam perjalanan rohani saya, diri saya yang tidak bertanggung jawab atas diri saya sendiri, diri saya yang tidak mau berkorban untuk diri saya di masa depan. Ini merupakan suatu pencerahan bagi saya.

"Until you make the unconscious conscious, it will direct your life and you will call it fate." 
— 
Carl Jung

            Pencerahan ini menjadikan saya sadar seberapa jahatnya saya, seberapa sulitnya menghadapi diri saya sendiri dan sadar posisi saya dalam hidup ini. Bicara soal posisi, dimana posisi saya sangat menentukan langkah apa yang saya harus ambil dalam kehidupan saya. Bicara soal langkah, tidak mungkin terlepas daripada arah. Bicara soal arah, tidak mungkin ada kejelasan arah tanpa tujuan. Saya bicara banyak mengenai arah dan tujuan kepada diri saya, tetapi saya tidak tau dimana posisi saya. Hal ini sangatlah berat dan butuh kesadaran maksimal bagi saya untuk menerima realita bahwa saya orang yang paling memerlukan bantuan untuk mencapai tujuan yang saya buat (yaitu menjadi sperti Yesus). Terlalu banyak keinginan, kedengkian, kenafsuan, kebohongan, kepahitan, kesombongan yang saya temukan tertanam jauh dalam hati saya. Saya sadar seberapa sering saya berfikiran negative dan saya coba mengabaikannnya dan pikiran itu semakin kuat, saya sadar saya sering dengki dengan orang dan saya coba mengabaikannnya kedengkian itu semakin kuat. Saya sering lari dan mencari kepuasan “fantasi” dari kotbah, motivasi, pengajaran untuk meyakinkan diri saya bukanlah orang yang sepertii itu. Hal ini keliru, dan tentunya sangat tidak signifikan.
            Saya mulai melihat diri dan sadar bahwa saya adalah orang berdosa dan sangat butuh membenah diri. Saya  melihat bahwa saya telah jatuh dari kemuliaan Tuhan dan tidak layak berjalan bersama dengan Dia (butuh kesadaran yang kuat akan diri sendiri untuk dapat menyadari hal ini). Saya melihat titik posisi saya. Semakin saya mengacuhkan kesadaran akan kelemahan saya dan apa yang berantakan dari hidup saya semakin besar monster itu akan bertumbuh dalam diri saya dan mengakibatkan saya hidup dalam fantasi bukan kenyataan dalam kehidupan ini. Saya selalu berfikir bahwa saya adalah orang yang layak masuk Surga tanpa perjuangan yang maksimal, karena Yesus sudah mati buat saya. Saya berfikir bahwa Tuhan mengerti saya, Tuhan mengasihi saya apa adanya dan itu membuat saya cukup. Cukup untuk tidak berjuang buat hidup saya. Ini merupakan kekeliruan yang tidak bertanggung jawab.

“The price of greatness is responsibility.” 
 Winston Churchill



Saya akan menjelaskan beberapa hal yang mengubah saya dan menjadikan saya lebih mengerti akan kehendak Tuhan dalam hidup saya, dan tentunya membuat saya lebih signifikan dan tidak munafik dalam keadaan saya.

Pertama, ada alasannya mengapa Yohanes dijadikan sebagai pembuka jalan bagi Tuhan. Yohanes merupakan seorang pengkotbah, dan dia berkotbah tentang pertobatan. Apa yang dia katakan adalah menyadarkan orang – orang di zaman itu akan kedegilan hati mereka. Dia berani mengatakan dengan lantang untuk setiap manusia memilih pertobatan bahkan mengatakan kepada orang banyak mereka keturunan ular beludak. Ia berkata “siapakah yang mekatakan kepada kamu supaya melarikan diri dari murka yang akan datang?” (Lukas 3:7)
Ini merupakan pencerahan.
Waktu kita melihat masa depan sebagai suatu murka yang akan menghakimi kita, kita akan berkaca dan menilai tentang kelayakan diri kita. Dalam hal ini kita akan menganalisis apa yang kita telah perbuat di dunia ini, kepada orang lain, kepada diri kita sendiri. Kita akan dapat mengartikulasikan arti dari hidup ini dan bagaimana kita bisa menjalaninya hari lepas hari menjelang pengakiman itu. Ini adalah alasan yang kuat untuk kita mengorbankan sesuatu sekarang, kedegilan kita sekarang, agar kita dapat melihat diri kita menjadi sesuatu yang lebih berarti dan siap menghadapi penghakiman itu sendiri. Allah dalam kitab wahyu merupakan hakim yang tampak jelas. Tertulis lebih baik dihajar gunung dan bebatuan disbanding kena murkaNya. Jadi kita harus tolong diri sendiri agar siap menghadapi ini. Gak ada yang paling bisa menolong diri anda dalam hal ini selain diri anda sendiri. Saya ga bilang, masa depan itu jahat, saya bilang kita harus siap menghadapi penghakiman ini . Yohanes merupakan sebuah pesan yang membukakan kedegilan dan posisi hati kita yang serong, bukan agama, bukan sekedar fantasi tetapi pertobatan, berbalik dari jalan yang jahat, dan mengarahkan diri kepada kehendak Bapa sebelum Yesus bisa masuk ke hati kita dan menjadi Tuhan atas hidup kita.

Kedua, Yesus mengatakan bahwa jalan menuju Surga itu sulit dan kecil pintunya. Dia mengatakan bahwa tidak banyak yang bisa masuk (Matius 7:13-14). Dia juga mengatakan bahwa bukan orang yang berteriak - teriak memanggil Tuhan yang masuk kerajaan Allah tetapi orang yang melakukan kehendak Bapa yang akan masuk kerajaan Allah (Matius 7:22-23). Ia juga mengatakan lebih baik kita mencungkil mata kita (secara metafora) apabila itu menyesatkan diri kita dan membuat satu tubuh kita masuk ke neraka dengan bermata dua (Matius 18:9). Ini berarti hanya segelintir orang yang ambil bagian serius dalam kehendak Bapa yang bisa mendapatkan kehidupan yang kekal.
Jadi kita harus hidup serius dan berpadanan dengan kehendak Bapa dalam hidup kita secara rela dan mengarahkan diri kita pada pengharapan yang terletak di dalam kekekalan nanti, hidup ini bukan untuk kesenangan kita, hidup ini adalah penderitaan akan tetapi kita harus bertanggung jawab dengan segenap hati, jiwa, dan tenaga kita agar penderitaan tersebut memiliki arti bersama Yesus (ada sebabnya semua rasul menjadi martir, kecuali Yohanes yang sempat di goreng akan tetapi tidak meninggal). Kekeristenan bukan merupakan suatu hiburan, pelarian, tapi pengorbanan hidup, pemberian hidup, untuk mendapatkan pengenalan akan Kristus yang jauh lebih besar dari hidup itu sendiri (Matius 10:39). Untuk bisa hidup dalam pengenalan akan Dia yang seutuhnya dalam akal, nurani, dan tindakan adalah kepuasan utama yang bisa manusia dapatkan. Pengenalan akan Yesus adalah kebutuhan utama hati manusia. Kita juga tidak bisa membicarakan atau memberitakan janji – janji Yahweh yang indah, kepada orang-orang yang belum mengerti bahwa ada tanggung jawab didalamnya.
            Ada tanggung jawab kita sebagai orang Kristen. Kristen pada awalnya memiliki arti orang-orang yang hidupnya berada di bawah pengajaran para rasul. Berarti waktu seseorang bilang dia percaya Yesus adalah Tuhan (doktrin yang diajarkan para rasul), dan tidak hidup seperti doktrin yang di ajarkan oleh para rasul, dia adalah seorang Kristen yang buruk. Paulus mengatakan bahwa ada pertandingan yang dia selesaikan di akhir hidupnya dengan baik. Kita memiliki pertandingan, dan kita harus mengejar kesempurnaan untuk menjadi seperti Kristus di dunia ini dan mengambil tanggung jawab atas diri kita untuk menyelesaikan hidup yang mencerminkan Kristus.


Ketiga, Iman tanpa perbuatan hakikatnya mati. Kita harus mengerti waktu Yakobus menjelaskan tentang Iman Abraham, ia menjelaskan ada perbuatan di dalamnya yang menjadikan Imannya menjadi sempurna. Apakah Iman kita kepada injil? Kita gabisa bilang kita percaya kalau kita tidak berani memberitakan kabar baik yang kita anggap semua orang perlu mendengarkannya. Apakah kita beriman pada kekuatan kita? Keahlian kita untuk berkomunikasi? Kita harus buktikan, setidaknya buktikan perbuatan iman kita kepada diri kita. Apakah kepercayaan kita hanya nalar? Atau terbukti dari perbuatan kita. Apabila perbuatan kita tiak mencerminkan kepercayaan kita, kemungkinan besar kita janya berfantasi. Kita harus sadar dan ambil ahli kuasa atas diri kita dengan Iman yang penuh yang kokoh (tidak mati) karena disertai dengan perbuatan nyata. Berimanlah kita akan masuk Surga sepadanan dengan perbuatan kita yang mencerminkan sahabat Allah. Saya ga bilang perbuatan kita yang menyelamatkan kita. Saya bilang iman kita terlihat dari apa yang kita perbuat. Jadi kita harus berhenti melakukan sesuatu yang kita tau itu salah. Waktu kita mulai berhenti, kita akan menemukan sebuah arti dalam Iman kita. Kalau kita berfikir lebih baik ga ngelakuin apa-apa supaya ga salah, ini adalah kesalahan yang terbesar karena ini merupakan ketidak beratian hidup. Iman adalah suatu tindakan, bukan sesuatu yang kita pikir-pikir bahwa itu benar.
            Ada alesannya Alkitab mengatakan bahwa kita harus menjauhi dan tidak melakukan percabulan, kecemaran hawa nafsu, sihir, kebohongan, amarah, dan lainnya (Galatia 5:19-21, 1 Korintus 6:18). Yang saya pikir alasan itu dituliskan adalah karena hal tersebut masih terletak dalam hati setiap kita dan kita perlu sadar betul akan kemampuannya untuk merusak diri kita dari citra Allah. Kita masih manusia dan semakin sadar kita akan kemampuan kita untuk berbuat sesuatu yang cemar, semakin sadar hanya Yesus satu satunya yang dapat kita andalkan, bukan kekuatan kita. Semakin kita menemukan kebenaran dalam kelemahan kita, semakin kita dibebaskan dari segala belenggu dosa di hidup kita. Apakah kebenarannya? Kebenarannya adalah jangan berbuat dosa lagi karena kepuasan yang di berikan dosa digantikan akan kepuasan yang diberikan dalam Kristus Yesus.


Waktu ketiga prinsip ini kita dapat aplikasikan, kita tau bahwa tantangan terbesar kita setiap hari adalah menjadikan diri kita semakin seperti Kristus apapun lebih dari  hari kemarin dan memiliki standar yang kuat yang berasal dari diri sendiri, untuk diri sendiri terlebih dahulu baru ke orang lain. Kita menjadi sangat effektif dan bersemangat karena dorongan pribadi dalam kesadaran penuh akan diri sendiri yang sangat berat untuk dimengerti. Kita gabisa melakukanya sendiri, kita butuh pertolongan dari Bapa yang menjadikan kita sempurna semakin hari semakin separti Putra-Nya yang Tunggal karena Dia mengasihi kita. Semakin kita sadar kelemahan kita dan kekurangan kita semakin kita menghadap Tuhan dan melihat keberhargaan dari Yesus Kristus sebagai satu satunya pengharapan kita dan arah hidup kita lebih jelas.


"Your real, new self (which is Christ's and also yours, and yours just because it is His) will not come as long as you are looking for it. It will come when you are looking for Him. Does that sound strange? The same principle holds, you know, for more everyday matters. Even in social life, you will never make a good impression on other people until you stop thinking about what sort of impression you are making. Even in literature and art, no man who bothers about originality will ever be original whereas if you simply try to tell the truth (without caring two pence how often it has been told before) you will, nine times out of ten, become original without ever having noticed it. The principle runs through all life from top to bottom, Give up yourself, and you will find your real self. Lose your life and you will save it. Submit to death, death of your ambitions and favourite wishes every day and death of your whole body in the end submit with every fibre of your being, and you will find eternal life. Keep back nothing. Nothing that you have not given away will be really yours. Nothing in you that has not died will ever be raised from the dead. Look for yourself, and you will find in the long run only hatred, loneliness, despair, rage, ruin, and decay. But look for Christ and you will find Him, and with Him everything else thrown in." 
— 
C.S. Lewis (Mere Christianity)





Apabila anda belum pernah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamatmu,


Terimalah Yesus Sebagai Tuhan dan Juru Selamat kamu.

Jika kamu mau menerima Dia untuk pertamakalinya dalam hidup kamu.. 
ayo berdoalah seperti ini kepada Tuhan Yesus:

Doa  terima Tuhan Yesus ini harus diucapakan dengan lidah dan mulut. Tidak boleh dalam hati, karena ada tertulis: "Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. (Roma 10:9)"

Tuhan Yesus terima kasih atas kasih karunia-Mu. Aku mengundang Engkau untuk masuk kedalam hidupku. Ampunilah segala dosa-dosaku yang telah aku perbuat. Biarlah darah-Mu yang kudus menghapuskan segala dosa-dosaku.
Aku percaya dan yakin dengan sepenuh hatiku bahwa Engkaulah Tuhan dari segala tuhan,Raja dari segala raja, dan Allah telah membangkitkan Engkau dari antara orang mati.
Saat ini, aku membuka pintu hatiku. Aku menerima Engkau dan akan berjalan bersama Engkau disaat suka maupun duka dan berbicara sampai Engkau memanggil aku kembali ke pangkuan-Mu. Terima kasih Tuhan. Sekarang aku klaim bahwa aku adalah milik-Mu dan Engkau adalah Tuhan dan Juru Selamatku.Biarlah rancangan-rancanganMu yang terjadi dalam hidup-Ku. Pakailah hidupku untuk kemuliaan-Mu Tuhan. Di dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin.

*selamat datang dalam Keluarga Allah bagi anda yang berdoa demikian, anda bisa mengirimkan saya email/ apabila mau memberikan saya kesaksian anda yang pastinya akan memberkati saya, dan akan saya terbitkan di blog saya, di:
abrahamlauwis31@gmail.com
saya sangat merekomendasikan anda untuk tertanam di gereja lokal yang ada di dekat anda/ lingkungan anda. 

Jesus Loves you. 



Komentar