Calling for This Generation : VISION


Calling for This Generation :
VISION

To found specific about yourself through the eyes of The Creator is to live to the fullness of life.


“He who has a why to live for can bear almost any how.” 
Friedrich Nietzsche

Untuk ngebuka artikel ini, pertama – tama saya ingin mengaku dulu untuk siapapun yang baca. Ada tiga pengakuan yang mungkin akan mengecewakan siapapun yang baca, atau mungkin mengerti proses hidup saya sebagai bagian dari pembelajaran: yang pertama saya merasa saya merasa saya kehilangan ambisi saya untuk mengejar hidup yang besar, hidup yang berdampak, hidup yang dipakai Tuhan secara besar; yang kedua saya mengaku bahwa waktu dalam menulis ini, saya tidak mempersiapkan bahan apa – apa untuk di bagikan; yang ketiga, mungkin sedikit lebih mengecewakan, saya baru saja menemukan visi hidup saya. Lalu mengapa saya menulis ini, dan apakah saya orang yang cocok untuk menulis hal ini? Sejujurnya saya tidak tahu, saya harap teman – teman dapat menjawabnya setelah selesai membaca artikel ini. Saya hanya berdoa cara pandang teman - teman  berubah waktu mencari kepenuhan dalam hidup ini, mencari visi dalam hidup ini.
Saya adalah orang yang suka untuk memperdalami visi hidup, saya suka belajar dan dan mendengar orang - orang yang terlihat penuh dalam kehidupannya seperti Steve Jobs, Billy Graham, Brian Houston, Jack Ma, Elon Musk. Saya suka belajar dan melihat hidup orang – orang seperti ini, yang kita tahu waktu kita melihat mereka, tidak akan ada orang – orang yang seperti mereka, tidak akan ada orang – orang yang dapat melakukan sesuatu hal seperti yang mereka lakukan kalau bukan mereka. Hidup yang benar – benar keren dan menginspirasi banyak orang. Saya suka melihat diri saya dalam masa depan berada dalam posisi – posisi seperti mereka dalam 10 tahun – 20 tahun mendatang, dengan saya melihat diri saya ada di posisi seperti orang - orang ini, dan tau saya mempunyai Allah yang setia menyertai saya, saya tidak ragu untuk melihat saya ada disana dalam hidup saya.
Saya melihat dalam hidup saya dan dalam hidup orang – orang ini, sangatlah penting memiliki visi dalam hidup. Visi memberi kita arah, visi memberikan kita penyaring, visi memberi kita fokus yang jelas untuk apa yang harus kita kerjakan dalam hidup kita. Saya selalu berkata kepada teman – teman saya, lebih baik jalan satu centimeter pertahun ke satu pintu daripada kita dapat berlari – larian hanya memutar - mutari satu lapangan tanpa tujuan. Saya sangat bersemangat untuk membantu anak – anak muda khususnya agar mereka menemukan visi hidup mereka dalam Tuhan. Karena hanya visi hiduplah yang membuat kita konsisten untuk terus berjalan ke tujuan. Adalah visi hidup saya dari tahun 2014 untuk menjadi alat kepanjangan Tuhan untuk membukakan pemikiran anak – anak muda dalam mencari  visi hidup mereka (anda mengenal sedikit tentang hal ini apabila telah membaca artikel – artikel saya sebelumnya), saya menaruh ini di kaca kamar mandi saya, saya perkatakan setiap saya berdoa. Saya banyak (dalam ukuran saya) belajar, saya membaca buku, saya belajar kepemimpinan agar saya dapat memberikan nilai kepada orang – orang sekitar saya. Saya bersemangat untuk memperlengkapi diri saya dan saya merasa saya terus berjalan ke jalan yang benar, jalan yang spesifik, jalan yang Tuhan sediakan untuk saya. Seringkali saya jatuh, dan seperti orang – orang katakan, saya gaboleh kehilangan harapan, mimpi, visi saya cuma karena kejatuhan saya. Saya merasa visi hidup saya gapernah berubah, saya hanya merasa visi itu semakin dalam, dan saya yakin itu yang Tuhan ingini.
Sampai di awal bulan Juli 2018 kemarin, tepatnya pada acara Hillsong Conference 2018 (saya merekomendasi kalian menginvetasikan diri kalian di  acara ini, di tahun - tahun apabila ada kesempatan) biarkan saya bercerita sedikit mengenai satu momen dalam acara ini yang mengubah cara pandang saya sampai saat ini. Saat itu saya mendapat kasih karunia untuk mendengar banyak pengkotbah – pengkotbah hebat dalam konfrensi ini, tapi ada satu momen dimana saat itu seorang pengkotbah menjelaskan Yohanes 3 : 16. Sempat kelintas pemikiran seperti “oke, itu ayat terkenal banget, siapa yang gatau? Dia menjelaskan ini untuk orang - orang yang tidak mengerti Alkitab / Tuhan Yesus.”
Dia kira - kira menjelaskan seperti ini; “karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini…”, “taukah anda dunia dalam Bahasa aslinya bisa diartikan sistem yang hancur. Ini berarti Allah sangat mengasihi orang – orang yang hancur di sistem yang hancur.”
Lalu dia berkata seperti ini “saya akan memberi kamu satu pernyataan”,”Tuhan sangat – sangat– sangat – sangat mengasihi orang yang sangat – sangat – sangat – sangat hancur, orang paling hancur di dunia ini, Tuhan paling - paling mengasihi dia.”
Dia diam sejenak dan menannya “Siapa yang ada di pikiranmu waktu aku berkata demikian? Apakah orang lain? Atau dirimu? Kalau engkau memikir itu orang lain, kau mungkin sudah tidak bersandar dalam Kasih Karunia Tuhan.” Lalu dia melanjutkan kotbahnya.
Saya terdiam saat itu, jujur saat itu yang terpikir oleh saya bukanlah diri saya, jujur saat itu saya memikirkan orang lain sebagai orang yang hancur. Saya merasa saya sudah cukup baik, saya sudah penuh akan pemahaman dalam Tuhan, saya banyak tau, saya merasa saya memberi Tuhan punggung saya dan berkata “Tuhan lihat apa yang gua bisa lakuin buat lu”. Di hari itu saya bertobat saya mengaku ke Tuhan bahwa saya adalah orang farisi, saya adalah ahli taurat, saya buta, dan saya bersandar pada kerjaan saya.
                  Teman – teman seberapa sering kita salah fokus dalam kehidupan kita? Saya tidak lagi bicara soal keluar dari Tuhan, kembali ke jalan dosa, dan sebagainya. Saya bicara buat kita semua yang penuh akan ambisi, kita yang penuh dalam mempersiapkan diri, kita yang penuh akan pemakaian Tuhan, kita yang penuh akan doa, kita yang penuh akan pemahaman Firman Tuhan, tetapi pada kenyataannya kita memenuhi kepenuhan dalam hidup dengan pekerjaan kita / hal baik yang kita lakukan untuk diri kita, bukan dari pekerjaan Tuhan Yesus di kayu salib untuk menebus hidup kita. Kita terlalu penuh dalam pekerjaan kita sampai kita menyalibkan apa yang Tuhan Yesus sudah lunasi. Tuhan melunasi kita dari tuduhan, keterikatan, kuasa gelap, sakit penyakit, intimidasi, dosa. Lalu kenapa kita seringkali masih jatuh ke semua hal itu? Mungkin sebenernya kita lagi terlalu fokus untuk “membenarkan diri”, tanpa mengetahui Tuhan telah menebus semuanya untuk kita, kita mengatakan itu proses diri kita, kita berdoa, kita fokus sama doanya bukan pribadi Tuhan kita berpuasa, kita fokus meminta hal baik tanpa mengerti Tuhan telah memberikan semua kepenuhan dalam hidup kita karena Tuhan Yesus telah mati menggantikan kita.
                  Saya sadar beberapa hal sekarang, dan ini cara saya melihat setelah semua proses ini. Pemakaian Tuhan tidak pernah lebih berharga dari kepenuhan dalam Yesus sendiri. Saya yakin anda relevan dengan hal ini: seringkali kita mendengar seseorang berkotbah atau mengajar membuat kita terispirasi menjadi orang itu, kita mendengar kalimat seperti “berapa lama saya berdoa, berpuasa, saya berdoa jam 3 pagi, saya membaca Alkitab setiap hari”, hal ini dilontarkan untuk mendorong kita melakukan hal yang sama terlebih apalagi kalau kita melihat seseorang ini signifikan dalam hidupnya, kita terinspirasi dan mengidolakan orang ini, dan melakukan hal yang ia lakukan supaya kita dapat setidaknya semakin seperti dia; ada yang kedua, dimana kita mungkin mendengar seseorang yang baru menerima Tuhan memberi kesaksian “aku tidak layak, tetapi Yesus menerima aku”, air mata keluar, mengingat kebaikan Tuhan dan kita mengingat kasih Tuhan lewat kesaksiannya.
Output setelah mendengar yang pertama       : kita terinspirasi, kita mengusahakan diri untuk berdoa lebih, baca alkitab lebih, dan memberi standar lebih untuk hidup kita agar kita semakin “kudus”.
Output setelah mendengar yang kedua            :  kita mengingat Kasih Kristus, kita ga fokus dengan pekerjaan kita, tingkah laku kita, kebiasaan kita, kita terfokus dengan pekerjaan Tuhan yang telah lunas buat hidup kita.

Saya gatau dengan kalian, tapi saya merasa hidup dengan bersandar pada tindakan baik kita sangat melelahkan. Saya memilih untuk bersandar dalam pekerjaan Kristus yang telah lunas buat kehidupan saya. Saya bebas, karena saya masih tertuduh tapi saya bisa memilih untuk tidak tertuduh, saya masih tertekan, tetapi saya bisa memilih untuk bebas, saya masih dicobai, tetapi saya bisa memilih untuk tidak berdosa oleh karena Kristus telah menyalibkan diri-Nya untuk saya.
                  Saya masih memiliki passion yang besar untuk anak muda, dan menjadi representasi dari Kristus untuk dunia ini. Tetapi pemakaian Tuhan bukan lagi visi saya, itu hanya mimpi saya, dan kalau saya di pakai untuk memberitakan Tuhan tetapi saya kehilangan sandaran saya dalam salib-Nya, lebih baik saya tidak di pakai sama sekali sama Tuhan. Saya tidak lagi mengejar  pemakaian, saya tidak lagi berhayal untuk di pakai besar oleh Tuhan. Rasa damai ini gak bisa dicuri, karena saya tau Kristus udah mati untuk menebus hidup saya.

Mazmur 131 : 1 - 2
TUHAN, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong; aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku. Sesungguhnya, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku; seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya, ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku.
Psalm 131 ; 1 - 2
O Lord, my heart is not lifted up; my eyes are not raised too high; I do not occupy myself with things too great and too marvelous for me. But I have calmed and quieted my soul, like a weaned child with its mother; like a weaned child is my soul within me.

How is your soul friends? Bagaimana keadaan jiwa kalian? Kedamaian yang gampang tercuri? Kegelisahan yang selalu menang? Cape? Tuhan Yesus mengasihimu, dia mati buat anda, kemenangan ada di tangan-Nya bukan di tangan anda.

 Matius 11 : 28
Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.

Kalau kalian tanya, sekarang apa visi hidup saya, saya akan menjawab dengan ini;
Filipi 3:10-11
Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.

Jesus is the why in everything in my life.
Kalau saya nginjil, karena Dia.
Kalau saya bekerja, karena Dia.
Kalau saya berdoa, karena Dia.
Kalau saya hidup, karena Dia.
Kalau saya berhikmat, karena Dia.
Kalau saya layak, karena Dia.
Kalau saya bisa nulis ini, karena Dia.
Kalau saya taat, karena Dia.
Kalau saya damai dan tidak tercuri, karena Dia.
Kalau saya bebas dari dosa, karena Dia.
Kalau saya memberi, karena Dia.
Kalau revival terjadi, karena Dia.
Bukan karena pelayanan, berdoa, membaca alkitab, berlaku baik.

We don’t always act like who we are, but that doesn’t change who are. Just because you failed doesn’t make you a failure. Just because you disappointed doesn’t make you a disappointment. Just because you sinned doesn’t make you a sinner — if you’ve been covered by the blood and the righteousness of Jesus. You are still covered, because it wasn’t your performance that made you righteous in the first place. It was His.
Jesus loves you everyone! :D

Apabila anda belum pernah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamatmu,

Terimalah Yesus Sebagai Tuhan dan Juru Selamat kamu.

Jika kamu mau menerima Dia untuk pertamakalinya dalam hidup kamu.. 
ayo berdoalah seperti ini kepada Tuhan Yesus:

Doa  terima Tuhan Yesus ini harus diucapakan dengan lidah dan mulut. Tidak boleh dalam hati, karena ada tertulis: "Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. (Roma 10:9)"

Tuhan Yesus terima kasih atas kasih karunia-Mu. Aku mengundang Engkau untuk masuk kedalam hidupku. Ampunilah segala dosa-dosaku yang telah aku perbuat. Biarlah darah-Mu yang kudus menghapuskan segala dosa-dosaku.
Aku percaya dan yakin dengan sepenuh hatiku bahwa Engkaulah Tuhan dari segala tuhan,Raja dari segala raja, dan Allah telah membangkitkan Engkau dari antara orang mati.
Saat ini, aku membuka pintu hatiku. Aku menerima Engkau dan akan berjalan bersama Engkau disaat suka maupun duka dan berbicara sampai Engkau memanggil aku kembali ke pangkuan-Mu. Terima kasih Tuhan. Sekarang aku klaim bahwa aku adalah milik-Mu dan Engkau adalah Tuhan dan Juru Selamatku.Biarlah rancangan-rancanganMu yang terjadi dalam hidup-Ku. Pakailah hidupku untuk kemuliaan-Mu Tuhan. Di dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin.

*selamat datang dalam Keluarga Allah bagi anda yang berdoa demikian, anda bisa mengirimkan saya email/ apabila mau memberikan saya kesaksian anda yang pastinya akan memberkati saya, dan akan saya terbitkan di blog saya, di:
abrahamlauwis31@gmail.com
saya sangat merekomendasikan anda untuk tertanam di gereja lokal yang ada di dekat anda/ lingkungan anda. 

Jesus Loves you. 

Komentar